Jakarta - Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, mengaku pihaknya masih berusaha merayu FIFA untuk menangguhkan sanksi denda dan larangan pertandingan tanpa penonton untuk Timnas Indonesia. Ia menilai sanksi tersebut terlalu berat.
FIFA menjatuhkan sanksi denda untuk PSSI senilai Rp643 juta karena adanya tindakan suporter masuk lapangan dan kembang api menyala pada 5 September 2019. Insiden itu terjadi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, saat menghadapi Malaysia.
Kemudian, FIFA juga memberikan teguran kepada PSSI karena terlambatnya jadwal sepak mula pertandingan melawan Thailand (10/9/2019). Waktu kick-off tidak sesuai yang ditentukan.
Adapun sanksi terberat adalah denda Rp2,8 miliar kepada PSSI dan larangan satu pertandingan tanpa penonton. Hal itu terjadi karena ulah suporter saat bertandang ke Malaysia (19/11/2019).
"Sanksi itu terlalu berat. Kami sudah meminta Sekjen untuk berkomunikasi dengan FIFA," kata Mochamad Iriawan kepada wartawan di Cikarang, Senin (13/1/2020).
Jika proses banding gagal, Timnas Indonesia dipastikan tanpa penonton ketika menjamu Uni Emirat Arab di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 31 Maret 2020 dalam penyisihan Grup G putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 2020 zona Asiaa. Hal ini dianggap Iwan Bule sebagai kerugian.
"Selain dendanya besar, kami juga tak ada penonton saat melawan UEA. Sepertinya ada yang kurang. Pertandingan itu memang tidak menentukan, namun bergengsi juga," ujar pria yang akrab disapa Iwan Bule itu.
Laga melawan Uni Emirat Arab bakal menjadi pertandingan kandang pertama Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong. Wajar bila PSSI bersikeras agar laga tersebut bisa disaksikan suporter Timnas Garuda.
No comments:
Post a Comment