Liputan6.com, Jakarta - CEO Huawei Ren Zhengfei, percaya diri perusahaannya bisa menjadi merk smartphone top dunia, meskipun tidak menggunakan perangkat lunak dan aplikasi google.
Perusahaan asal Cina ini, mampu bersaing dengan Samsung, merk smartphone asal Korea Selatan, yang menempati posisi nomor satu tahun ini.
Pernyataan Ren mengacu pada pembatasan yang melarang perusahaan Amerika Serikat, seperti Google, Intel (INTC) dan Broadcom (AVGO) menjual ke Huawei kecuali mereka memperoleh lisensi pemerintah untuk melakukannya.
Sekarang, pangsa pasar Huawei menurun. Pelanggan di luar Cina khawatir membeli smartphone, yang tidak memiliki akses ke Google Play Store dan aplikasi populer seperti, Facebook (FB), Uber (UBER) dan Google Maps.
Ini Ren sampaikan saat wawancara dengan CNN Business, terkait "apakah Huawei masih dapat menjadi merk smartphone nomor 1 di dunia bahkan tanpa Google?."
"Saya tidak berpikir itu akan menjadi masalah," jawab Ren.
Ia menambahkan, bahwa Huawei telah mendapat tekanan dari AS yang cukup luas untuk menentangnya. Washington mengatakan produk Huawei memunculkan risiko keamanan nasional. Tuduhan ini kemudian ditolak perusahaan China tersebut.
Ren mengatakan Google belum menolak lisensi, juga belum menerimanya. Google tidak segera menanggapi permintaan tersebut.
Padahal Huawei telah berulang kali mengatakan, bahwa Ren akan senang bekerja sama dengan Google jika memungkinkan.
Menurut perusahaan data pasar Statista. Huawei telah mengembangkan sistem operasinya sendiri, yang disebut Harmony, serta toko aplikasi.
Tetapi, Huawei hanya memiliki 45.000 aplikasi yang tersedia untuk diunduh. Itu sebanding dengan sekitar 2,8 juta di Google Play Store.
Ren mengatakan bahwa Amerika Serikat masih merupakan negara yang paling kuat dalam hal inovasi, dan tidak ada seorang pun yang dapat mengalahkan, dalam 10 tahun ke depan, termasuk China.
Meskipun Huawei tidak dapat bekerja dengan pemasok AS, "Kami harus menggunakan alternatif. Jika alternatif itu menjadi matang, saya pikir itu akan menjadi lebih kecil kemungkinannya untuk beralih kembali ke versi sebelumnya," ujar Ren.
"Ini adalah momen kritis bagi kita semua, saya berharap pemerintah AS dapat mempertimbangkan apa yang terbaik untuk perusahaan-perusahaan Amerika," tambah dia.
Hal itu terbukti, bahwa Huawei mampu mencapai kenaikan dengan penjualan smartphone sebesar 24 persen, dalam sembilan bulan pertama pada tahun 2019, daripada tahun sebelumnya.
No comments:
Post a Comment